25 Mar 2013

Pelajaran Semantik di dalam Hati Bawang kepada Merpati namun Tidak bagi Kaktus

Pukul 13.30 semua mahasiswa sudah memikirkan hal-hal apa yang akan mereka lakukan setelah kelas ini selesai, ada yang memikirkan nanti malam bakal jalan sama siapa? Mau pulang nebeng siapa? Makan malam pake apa?

Itu semua sudah menjadi hal yang biasa bagi saya, tapi ada salah satu teman saya yang memikirkan hal yang lebih menarik dan mungkin bisa dibilang pribadi--justru hal itulah yang menggugah rasa ke KEPO an saya pada apa yang sedang ia pikirkan. 

Kita sebut saja dia Kaktus. Kaktus memiliki teman-teman yang bisa dibilang perhatian dan cukup mensupport kegiatan yang dilakukannya. Saya sebagai pengamat sekaligus supporternya, merasa kasihan apa yang sedang terjadi dengan keadaan hatinya yang sedang gundah gulana. 

Melihatnya setiap hari yang kelakuannya seperti robot, menambah rasa was-was kami terhadap masa depannya yang kian dekat. Kondisi ini diperparah dengan kehadiran seorang kawan yang dianggap lawan yang bernama Bawang. 

Kaktus yang bertipikal pendiam cenderung memilih paham SLOW BUT SURE atau ALON-ALON SING PENTING KELAKON. Paham ini membuat kami para supporter gerah dan jengah terhadapnya, paham yang ia anut sudah tidak bisa digunakan pada zaman sekarang, apa lagi dengan adanya Bawang yang harga satu kilonya mencapai Rp 50.000, membuat kami lebih jengah dari biasanya, lebih-lebih ketika ada kesempatan mendekati Merpati, KAKTUS HANYA DIAM TANPA SUARA !!

Merpati mungkin sedikit banyak mewakili jati dirinya. Ia terlihat santun dan ramah ketika saya dan supporter Kaktus berbicara mengenai hal-hal pelajaran, namun ia terlihat diam seratus kata dalam ke gundahan hati yang menekan amarah ketika Bawang meyakinkan dirinya kepada Merpati. 

Kaktus seperti biasa hanya diam dalam termangu, berpose layaknya patung pemikir yang memikirkan kenaikan harga Bawang, menelisik setiap sisi kehidupannya yang keliru tentang wanita dan menghembuskan nafas dari mulut seperti karakter komik Jepang. 

Kami sebagai supporter tak habis pikir dengan apa yang dilakukan Kaktus  pada saat itu, tugas utama kami sebagai supporter adalah memberikan “PUK, PUK KAKTUS” di pundaknya dengan melatunkan suara “SABAR TUS,MUKA LU KAN GREGET” dengan efek suara serak nan basah di telinganya.

Kaktus, sampai kapan kamu akan seperti kaktus-kaktus yang ada di padang pasir? yang tidak ada pengurusnya, dibiarkan menerpa angin gurun yang tajam menusuk hati. Apakah dirimu tidak ingin seperti kaktus-kaktus yang ada di pekarangan rumah? Yang dirawat setiap hari, diperhatikan, di berikan tempat khusus sebagai wadahmu untuk berkembang. 

Ayolah Kaktus, kamu ini sudah dewasa, bukan remaja yang hanya diam ketika Merpati nya pergi terbang dengan orang lain. Tangkaplah Merpati yang ini, gunakan bunga indah yang tumbuh pada dirimu, jangan biarkan Bawang mengambil Merpati dengan aroma busuknya. 

Ingatlah kawanku Kaktus yang Greget, Merpati yang ini hanya tertarik dengan keindahan bunga, dan bunga itu ada pada dirimu, hanya dirimulah yang bisa menghasilkan bunga yang indah tersebut. Satu ungkapan dari para SUPPORTER mu : “KAKTUS YOU’LL NEVER WALK ALONE”




Ditulis oleh:
Fakhri - Arab 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Widget

Catatan | Bahasa, Linguistik, Sastra, Latar Belakang, Tokoh

Widget